Mengenal Desa Terapung di Danau Tonle Sap, Penduduknya Tidak Pernah Melihat Daratan

7 November 2022, 12:31 WIB
Desa Terapung Tonle Sap /Tangkapan Layar dari Channel YouTube Kabar Pedia

MEDIA BLORA - Tonle Sap adalah Danau air tawar terbesar di Asia Tenggara yang berlokasi di Kamboja.

Danau ini adalah paduan antara sungai dan danau dengan aliran yang berubah dua kali dalam setahun.

Begitu juga ukuran yang dapat membesar dan mengecil sesuai musim.

Dari bulan November hingga bulan Mei Kamboja mengalami musim kemarau, dimana air Tonle Sap akan mengalir menuju Sungai Mekong.

Tetapi pada saat musim hujan yang berlangsung pada bulan Juni aliran air akan berbalik dari Sungai Mekong menuju Tonle Sap.

Baca Juga: Kisah Nauru - Hanya Karena Tahi Burung, Negara Paling Kaya di Dunia Ini Sekarang Bangkrut dan Banyak Hutang

Hingga kemudian menjadikan sungai tersebut mengembang menjadi danau yang sangat besar.

Uniknya Danau Tonle Sap tidak hanya menjadi titik penting bagi kehidupan aneka ragam hayati.

Lebih dari itu Danau ini juga menjadi lahan yang sangat nyaman bagi mereka yang tinggal di desa terapung.

Sebagian besar dari orang-orang yang tinggal di desa terapung ini adalah imigran dari Vietnam yang telah tinggal di Kamboja sejak tiga hingga empat generasi.

Meskipun banyak dari mereka lahir dan besar di Kamboja, tetapi tidak semua orang memiliki identitas resmi atau akta kelahiran yang membuktikan kewarganegaraan mereka.

Sementara itu undang-undang Kamboja menyangkal hak kepemilikan tanah bagi mereka yang bukan warga negara.

Sehingga orang-orang ini menemukan solusi yang sangat baik dengan tinggal dilepas Pantai Danau.

Status mereka sebagai non warga negara yang diakui menghambat kemungkinan untuk menemukan pekerjaan yang lebih baik atau mengakses pendidikan.

Sehingga satu-satunya cara untuk bertahan hidup bagi mereka adalah dengan memancing di perairan Danau Tonle Sap.

Mereka telah menghuni Danau Tonle Sap selama beberapa dekade dan menjadikannya sebagai rumah sekaligus mengadaptasi Air sebagai bagian dari kehidupan mereka.

Salah satu desa yang cukup populer di Tonle Sap dikenal sebagai Jongkeneas.

Baca Juga: Resep Smoothies Mulai dari Memutihkan Kulit Hingga Menurunkan Berat Badan, Yuk Dicoba

Pada dasarnya desa ini tidak jauh berbeda dengan desa biasa, hanya saja ia berada di atas air.

Rumah-rumah di desa ini terbuat dari bambu yang berlabuh di dasar danau.

Meskipun terlihat seperti pemukiman nomaden kenyataannya di desa ini telah berdiri sekolah, Rumah Sakit, gereja, biara, restoran, toko kelontong, bengkel perahu, kantor polisi dan lain sebagainya.

Satu-satunya mode transportasi di Tonle Sap adalah perahu, dimana hampir semua orang sangat mahir untuk menggunakannya.

Hampir semua orang di kawasan ini berhubungan langsung atau tidak langsung dengan penangkapan ikan sebagai mata pencaharian.

Selain hasil tangkapan ikan segar masyarakat di desa ini juga mengeringkan ikan serta udang dan berjualan di pasar.

Ada banyak desa terapung di sekitar danau Tonle Sap, akan tetapi hanya beberapa di antara mereka yang dapat dengan mudah untuk dikunjungi.

Sayangnya pariwisata di beberapa desa terapung paling populer dijalankan oleh perusahaan yang melakukan penipuan dengan mengorbankan pengunjung dan penduduk desa.

Padahal keuntungan yang didapat dari penjualan tiket masuk sama sekali tidak menguntungkan masyarakat desa.

Selain itu wisatawan mengaku terpaksa membeli barang-barang dengan harga yang sangat mahal untuk disumbangkan kepada anak-anak desa.

Baca Juga: KPM Wajib Tahu, Daftar Nama yang Masuk SP2D Pencairan PKH Tahap 4 dan Jadwal Penyalurannya

Dimana anak-anak desa itu sendiri tidak pernah menerimanya, seperti dilansir dari sumber Channel YouTube KabarPedia.***

Editor: Muhammad Ma`ruf

Tags

Terkini

Terpopuler