Khutbah Singkat Bulan Muharram 1444 H Tahun 2022, Judul: Rahmat Umum dan Rahmat Khusus

- 6 Agustus 2022, 08:52 WIB
 Ilustrasi khutbah Jumat Bulan Muharram
Ilustrasi khutbah Jumat Bulan Muharram /Pixabay./ Abdullah_Shakoor.

“Wa Inna ilaihi raji’un” artinya kita semua pada akhirnya akan memperoleh balasan dari Allah ta’ala. Balasan yang diperoleh tentu sesuai dengan kadar iman dan amal shalih masing-masing. Orang yang imannya sempurna, begitu keluar dari dunia dan memasuki alam barzakh, maka tidak ada sedikit pun yang membuatnya susah dan sengsara. Setiap saat, setiap detik ia akan merasakan kenikmatan dan kebahagiaan. Keadaannya bagaikan orang yang pada awalnya hidup susah dan merasakan pengapnya penjara yang sempit lalu keluar dari penjara dan menghirup udara bebas dan merasakan kelapangan hidup. Atau ibarat orang yang awalnya kelaparan di musim paceklik lalu hidup sejahtera dan sentosa. Begitulah alam barzakh bagi seorang mukmin. Lebih-lebih seorang mukmin yang imannya sempurna.

 Salah satu kenikmatan terbesar yang dirasakan oleh seorang mukmin di alam barzakh adalah melihat bagian dari surga yang akan ia tempati kelak di kehidupan akhirat sebanyak dua kali setiap hari, pagi dan petang. Nikmat ini melebihi seluruh kenikmatan yang pernah ia rasakan sewaktu hidup di dunia. Ia juga akan merasakan berbagai nikmat lain di alam barzakh. Nikmat-nikmat kubur tersebut hanyalah secuil dari sekian banyak kenikmatan yang akan Allah anugerahkan kepadanya kelak di akhirat.


Kaum Muslimin rahimakumullah,

Dalam ayat di atas, Allah menyebut kata “mushibah” dengan lafazh nakirah. Artinya musibah apapun, besar maupun kecil, berat atau pun ringan, akan memberikan manfaat bagi seorang Muslim jika dihadapi dengan sikap ridha dan sabar. Musibah itu akan mengangkat derajatnya dan menghapus dosanya. Sampai-sampai musibah yang sangat ringan sekali pun dan tidak dianggap sebagai musibah oleh kebanyakan orang, seperti tertusuk duri atau sedikit rasa risau di hati, juga bermanfaat bagi seorang Muslim. Semakin besar dan semakin berat musibah yang Allah timpakan kepada seorang Muslim, maka semakin banyak manfaat yang ia peroleh. Semakin banyak dosanya yang diampuni dan semakin tinggi derajatnya. Bahkan hal itu menjadi tanda bahwa Allah menghendaki kebaikan pada dirinya sebagaimana sabda Baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:

مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُصِبْ مِنْهُ (رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ)

Maknanya: “Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan pada dirinya, maka Allah akan menimpakan musibah kepadanya” (HR al-Bukhari).


Karenanya, semakin tinggi derajat seseorang maka semakin berat musibah yang Allah kenakan kepadanya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَشَدُّ النَّاسِ بَلَاءً الْأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الْأَمْثَلُ فَالْأَمْثَلُ، يُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ (رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ وَأَحْمَدُ وَابْنُ حِبَّانَ)


Maknanya: “Orang yang paling berat bala’ dan musibahnya adalah para nabi, lalu orang-orang yang berada di bawah derajat mereka lalu orang-orang yang berada di bawah derajat mereka, seseorang diuji dengan bala’ sesuai dengan kadar kekuatannya memegangteguh agama” (HR at-Tirmidzi, Ahmad dan Ibnu Hibban).


Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Demikian khutbah singkat pada siang hari yang penuh keberkahan ini. Semoga bermanfaat dan membawa barakah bagi kita semua. Amin.

Halaman:

Editor: Muhammad Ma`ruf


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah