Mengenal Sejarah Wayang Kulit, Seni dan Budaya Asli Dari Indonesia

- 17 November 2021, 05:50 WIB
Wayang Kulit Diklaim Warisan Budaya Malaysia, Ramai Adidas Langsung Klarifikasi Begini
Wayang Kulit Diklaim Warisan Budaya Malaysia, Ramai Adidas Langsung Klarifikasi Begini /Instagram/ @wayang.zone

MEDIA BLORA - Belakangan ini Wayang kulit menjadi booming lantaran Adidas salah mengunggah postingan.

Wayang kulit yang harusnya ditulis berasal dari Indonesia.

Wayang kulit merupakan seni tradisional Indonesia yang terutama berkembang di Jawa.

Wayang kulit dimainkan oleh seorang dalang yang juga menjadi narator dialog tokoh-tokoh wayang, dengan diiringi oleh musik gamelan

Wayang kulit dimainkan Dalang di balik kelir, yaitu layar yang terbuat dari kain putih.

Baca Juga: Foto dan Logo Hari Pelajar Internasional 17 November 2021 PNG, Download dan Pasang Twibbon di Media Sosial

sementara di belakangnya disorotkan lampu listrik atau lampu minyak (blencong), sehingga para penonton yang berada di sisi lain dari layar dapat melihat bayangan wayang yang jatuh ke kelir.

Sebagaimana dikutip MEDIA BLORA dari Ringtimes Banyuwangi dengan artikel yang berjudul Sejarah Wayang Kulit, Mengenal Lebih Dekat Seni dan Budaya Indonesia

Dilansir Ringtimesbanyuwangi.com dari kanal YouTube Romansana Channel pada Selasa, 9 Februari 2021, berikut sejarah dan pengertian wayang kulit:

Pengertian wayang ada 2 pendapat menurut bahasa yang pertama dari kata Ma Hyang yang berarti roh nenek moyang.

Kedua wayang berasal dari kata bayang, seperti saat pementasan wayang yang dilihat dari belakang adalah bayangan. Bayangan tersebut menceritakan tentang watak manusia.

Baca Juga: Anda Lahir Hari Rabu? Inilah Keistimewaan Weton Kelahiran Hari Rabu Menurut Primbon Jawa

Sedangkan menurut istilah wayang adalah gambaran atau tiruan manusia, terbuat dari kulit hewan untuk menampilkan sebuah lakon atau cerita dan memiliki nilai filosofi yang tinggi seperti sanepa, wituduh dan piwulang.

Sejarah wayang dulu pada masa Hindu dan Budha wayang digunakan sebagai pemujaan roh leluhur dan biasa disebut Hyang. Selain itu wayang juga digunakan sebagai edukasi dan pendidikan.

Wayang memiliki beberapa masa perkembangan yang pertama pada masa Ratu Sri Jayabaya (Raja Kediri). Ia adalah pencetus wayang purwa pertama pada tahun 1939 masehi.

Wayang kemudian dikembangkan lagi oleh Raden Panji dan Jaka Sesurung. Jaka Sesurung ini menciptakan wayang dengan bentuk lembaran yang disebut wayang beber.

Pada masa Islam wayang yang tadinya wayang beber diubah menjadi wayang yang kita lihat sekarang.

Baca Juga: 5 Fakta Unik Weton Pahing, Salah Satunya Disimbolkan Oleh Malaikat Mikail

Pada masa Sunan Kalijaga atas perintah Raden Fatah, ia menambahi wayang dengan berbagai unsur islami dan lakon karangan yang memuat ajaran-ajaran Islam.

Ia tetap mengangkat pada pakem Mahabarata dan Ramayana. Sunan Kalijaga juga memasukan unsur moral, ketuhanan dan hidup bermasyarakat.

Pada masa Mataram Islam para pujangga Jawa menambahi pagelaran wayang dengan beberapa tokoh yang cukup berperan dalam cerita seperti punokawan.

Punokawan kita kenal dengan 4 tokoh yaitu Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong.

Seluruh unsur dalam pagelaran wayang memiliki nilai filosofis, edagogis, historis dan makna simbolis yang sangat tinggi.

Sebagai generasi muda saat ini harus mempelajari dan mengenalkan budaya yang kita miliki saat ini.

Baca Juga: Hati-Hati Bagi Wanita, Inilah Weton Pria yang Tidak Setia dan Suka Menggoda Wanita

Agar budaya kita terutama wayang ini tetap lestari hingga nanti dan tidak termakan oleh budaya asing yang tidak mendidik.***(Whimpi Rohmad Putra B/Ringtimes Banyuwangi)

Editor: Ahmat Arif Muzazin

Sumber: Ringtimes Banyuwangi (PRMN)


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah