Ogoh Ogoh Bagian Tak Terpisahkan Dari Perayaan Nyepi Di Bali

- 22 Maret 2023, 07:46 WIB
Ogoh Ogoh Bagian Tak Terpisahkan Dari Perayaan Nyepi Di Bali
Ogoh Ogoh Bagian Tak Terpisahkan Dari Perayaan Nyepi Di Bali /Aulia Nasri /Tabanan Bali

Menurut salah satu teman Guide Bali konon, ogoh-ogoh pertama kali diperkenalkan oleh seorang pendeta Hindu bernama Dang Hyang Nirartha, yang juga dikenal sebagai Dang Hyang Dwijendra.

Di dalam catatan sejarah, Dang Hyang Nirartha merupakan seorang pendeta yang sangat berpengaruh di Bali pada abad ke-16.

Beliau dikenal sebagai pemimpin spiritual yang berhasil menyebarkan ajaran Hindu di Pulau Dewata Bali.Dang Hyang Nirartha memperkenalkan berbagai tradisi dan upacara keagamaan Hindu kepada masyarakat Bali.Dang Hyang Nirartha adalah yang pertama kali mengadopsi dan memodifikasi tradisi ogoh-ogoh di Bali menjadi bentuk yang kita kenal saat ini.

Kemudian tradisi ogoh-ogoh terus berkembang di Bali dan menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan Hari Raya Nyepi di Bali.

Tradisi perayaan ogoh-ogoh yang bentuknya seperti patung-patung raksasa yang diarak dalam pawai melambangkan roh jahat yang dibawa pergi pada malam sebelum Hari Raya Nyepi, ketika umat Hindu di Bali merenungkan diri dalam catur brata penyepian.

Oleh karena itu, ogoh-ogoh menjadi simbol penting dalam perayaan keagamaan Hindu di Bali.

Ogoh-ogoh dipercayai mewakili roh jahat atau Bhuta Kala yang mengganggu ketenangan selama tahun yang lalu, dan kemudian ogoh-ogoh tersebut dibakar dalam upacara perayaan Nyepi untuk menyingkirkan roh-roh jahat tersebut dan ada pula yang di biarkan di pinggir desa atau banjar.

Sosok menyeramkan dalam Ogoh Ogoh biasa di sebut Bhuta Kala .Bhuta Kala sendiri adalah makhluk mitologis dalam kepercayaan Hindu-Bali yang melambangkan kejahatan dan kegelapan dan angkara murka.

Mereka dianggap sebagai roh-roh jahat yang harus diperingati dan dikalahkan melalui berbagai upacara keagamaan, termasuk perayaan Nyepi yang mencakup pembakaran ogoh-ogoh.

Ogoh-ogoh digunakan sebagai simbol fisik Bhuta Kala yang kemudian dibakar sebagai simbol dari mengalahkan kejahatan dan kegelapan serta angkara murka.

Halaman:

Editor: M. In`Amul Muttaqin


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x