Kedua kebun itu menghasilkan buahnya, dan kebun itu tiada kurang buahnya sedikitpun, dan Kami alirkan sungai di celah-celah kedua kebun itu, dan dia mempunyai kekayaan besar.” (QS:Al-Kahfi | Ayat: 32-34).
Orang-orang kafir memiliki dua kebun anggur, yang di kelilingi pohon kurma sebagai pagar, dan di antara kebun tersebut ada sebuah ladang.
Allah mengaliri air kekebun tersebut, sehingga sat panen menghasilkan buah anggur, kurma, sangat melimpah.
Dia pun jadi kaya, atas kenikmatan yang diberikan Allah SWT.
Dia bangga pada dirinya sendiri dengan apa yang sudah didapatkannya tersebut dan ia juga memiliki pengetahuan tentang pengelolaan dan penggunaan lahan.
Ia mampu merawat tanaman yang sangat baik, hingga akhirnya ia bisa memanen secara maksimal.
Dengan angkuh dia memasuki kebun, meskipun dia tak sadar telah mendholimi dirinya sendiri.
Dia mengabaikan rahmat Tuhannya dan sombong terhadap orang lain.
“Maka ia berkata kepada kawannya (yang mukmin) ketika bercakap-cakap dengan dia: “Hartaku lebih banyak dari pada hartamu dan pengikut-pengikutku lebih kuat.” (QS:Al-Kahfi | Ayat: 34).
Tidak hanya itu, kenikmatan kekayaan dan apa yang didapatkannya tersebut membuatnya lupa, bahwa semua itu hanya titipan.
“Dan dia memasuki kebunnya sedang dia zalim terhadap dirinya sendiri; ia berkata: “Aku kira kebun ini tidak akan binasa selama-lamanya.” (QS:Al-Kahfi | Ayat: 35).