Ruwahan sebagai Tradisi Menyambut Bulan Ramadhan. Kenali Tradisi ini Lebih Lanjut

- 12 Maret 2023, 09:52 WIB
Ziarah kubur tradisi ruwahan
Ziarah kubur tradisi ruwahan /

MEDIA BLORA – Ruwahan sudah menjadi tradisi masyarakat khususnya Jawa, yang dilakukan dalam rangka menyambut datangnya bulan Ramadhan.

Bulan Ruwah adalah bulan Sya’ban yang disebut oleh mayarakat Jawa di Indonesia. Sya’ban adalah penamaan bulan dalam kalender Hijriah atau kalender Islam.

Bulan Ruwah diyakini sebagai bulan dimana arwah-arwah orang tua dan leluhur berhak mendapat perhatian. Dikatakan pula sebagai bulan persiapan diri menjalankan puasa di bulan Ramadhan.

Baca Juga: Tanpa Disadari, 9 Kebiasaan ini Ternyata Bisa Mengakibatkan Rambut Rusak

Ruwah atau Sya’ban adalah bulan kedelapan dalam kalender Hijriah. Nama Sya’ban berarti "pemisahan", disebut demikian karena orang-orang Arab pagan berpencar dan berpisah pada bulan ini untuk mencari air.

Bulan Ruwah adalah bulan kedelapan dalam kalender Jawa. Pada kalender 2023 Masehi, saat ini sedang memasuki bulan ruwah dalam penyebutan kalender Jawa.

Tepatnya tanggal 22 Maret 2023 sudah memasuki bulan Ruwah atau Sya’ban dan akan berakhir pada tanggal 29 Maret 2023 tahun ini.

Pada bulan Sya’ban atau Ruwah, Allah SWT membuka pintu-pintu kebaikan dan menurunkan berkah. Do’a yang dibacakan di bulan Sya’ban pun konon akan terpenuhi.

Terdapat sejumlah tradisi yang biasa dilakukan oleh masyarakat pada bulan Ruwah dalam rangka menyambut kedatangan bulan Ramadhan, yaitu ruwahan.

Tradisi ruwahan sendiri sebenarnya diadakan oleh berbagai daerah di Indonesia. Namun, tiap wilayah memiliki ciri dan khas masing-masing dalam menyelenggarakan tradisi tersebut.

Ruwahan merupakan tradisi kebudayaan Jawa yang tujuannya untuk mendoakan orang yang telah meninggal dunia.

Baca Juga: BARU! 25 Prediksi Soal UTS Bahasa Inggris Kelas 8 Semester 2 Kurikulum Merdeka dan Kunci Jawaban TA 2022 2023

Kata Ruwah sering diasosiasikan dengan kata arwah. Kata ruwah ini berasal dari kata "meruhi arwah" yang dapat diartikan dengan mengunjungi atau ziarah kepada orang tua, saudara, atau leluhur yang telah meninggal dunia.

Ritual ruwahan ini merupakan upaya spiritual untuk mendoakan arwah para leluhur agar dosa-dosanya diampuni oleh Allah SWT.

Bulan Ruwah ini juga dipercaya sebagai bulan di mana para ahli kubur menunggu kedatangan anak, cucu, dan sanak saudaranya untuk mendoakan mereka.

Dalam tradisi ruwahan, kegiatan yang dilakukan adalah membersihkan makam leluhur sebelum akhirnya nyadran bersama atau ziarah kubur sambil membawa kembang setaman dan kemenyan atau setanggi.

Tradisi ruwahan dalam kacamata Islam juga merupakan sebuah tradisi dari wujud rasa syukur kepada Allah SWT, yang dilaksanakan pada bulan Ruwah, serta ungkapan rasa sukacita memasuki ibadah puasa pada bulan Ramadhan.

Dalam Islam, kegiatan mendoakan para leluhur tentu diperbolehkan Islam. Namun tetap dalam syariat Islam yaitu dipimpin oleh ahli iman.

Hal penting yang perlu diperhatikan bahwa meskipun ruwahan dilakukan sebagian masyarakat Jawa beragama Islam menjelang Ramadan, ruwahan itu tidak wajib karena tidak ada dalam ajaran Islam.

Adapun mengenai asal mula munculnya, tidak diketahui pasti kapan tradisi ruwah ini dimulai, Hal ini karena tradisi ruwahan sudah turun-temurun telah ada sebelum mereka dan selanjutnya terus diadakan sampai mereka punya anak dan cucu.

Baca Juga: Harga dan Spesifikasi Lengkap Redmi A2, Hadir dengan Layar 6,52-inch

Namun yang patut dipahami bahwa tradisi ruwahan memiliki niat yang baik, yakni adanya rasa peduli dari orang yang masih berada di dunia untuk orang yang sudah meninggal.

Do’a dari orang yang hidup kepada orang yang mati itu bermanfaat. Dengan dasar ini maka bisa dikatakan bahwa tradisi ruwahan dapat dilestarikan untuk dilakukan dari generasi ke generasi berikutnya.***

Editor: Muhammad Ma`ruf


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x