Antisosial Samakah dengan Introvert? Kenali untuk dapat Menyikapinya

20 Maret 2022, 20:03 WIB
Ilustrasi: Antisosial dan introvert. /Pixabay.com/Irasonja/

 

MEDIA BLORA - Sikap antisosial atau lebih dikenal dengan sebutan ansos, merupakan istilah yang sering digunakan untuk orang-orang yang dianggap penyendiri, tidak punya teman, dan “nggak gaul” kalau bahasa sekarang. Bagaimana sikap ansos itu? Simak penjelasannya

Sebutan “Ansos” adalah akronim modern yang dipopulerkan oleh kalangan muda Indonesia.

Banyak orang yang masih salah paham dalam mengartikan atau menggunakan istilah ini hingga mengaburkan makna sesungguhnya.

Pergeseran makna akibat pengaruh budaya modern ini menjadikan “ansos” dan “antisosial” dinilai terlalu kasual dan acap kali disamakan dengan asosial.

Ciri kepribadian seseorang umumnya ditentukan dari perpaduan antara emosi, pola pikir, dan perilakunya.

Baca Juga: Introvert, Kenali Kepribadiannya. Selain Kekurangannya Pasti Ada Kelebihan yang Dimiliki.

Untuk mengetahui mengapa seseorang menderita gangguan kepribadian antisosial tidaklah mudah.

Banyak yang menyamakan antara antisosial dengan introvert, padahal ansos dengan introvert adalah dua istilah dalam dunia psikologi yang sama sekali berlawanan.

Ciri kepribadian introvert sering diasumsikan sebagai sifat pemalu, fobia sosial, atau bahkan menghindar dari situasi sosial.

Seseorang yang introvert bukannya takut dengan aktivitas sosial, tapi mungkin terlihat demikian karena mereka cenderung memproses sesuatu secara internal dan berpikir terlebih dulu sebelum bicara.

Berbeda dengan sikap antisosial. Sikap ini dikatakan sebagai gannguan kepribadian yang memiliki gejala-gejala. Dikutip dari beberapa sumber, tanda dan gejala gangguan kepribadian antisosial antara lain:

  • Sering mengabaikan dan melanggar hak orang lain
  • Tidak memiliki empati atau rasa kasihan pada orang lain
  • Tidak mawas diri
  • Merasa lebih hebat dari orang lain
  • Manipulatif

Adapun seseorang bisa dikategorikan mengalami gangguan semacam ini setelah berusia di atas 18 tahun.

Namun, pemberian label gangguan kepribadian antisosial diberikan hanya jika gejala sudah muncul sebelum mereka berusia 15 tahun.

Baca Juga: 3 Keutamaan Sedekah yang Tidak akan Membuat Merugi, Apa Sajakah Itu? Berikut Penjelasannya

Hal lain yang perlu diingat, gangguan kepribadian antisosial ini bukan disebabkan oleh gangguan mental lain, seperti skizofrenia atau efek obat-obatan terlarang.

Penyebab gangguan tersebut seringkali dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti faktor genetik, interaksi dalam lingkungan, pola asuh, atau adanya kelainan pada fungsi otak di bagian tertentu.

Sikap antisosial menjadikan seseorang berada pada kondisi yang disebut sosiopat, yaitu istilah yang mengacu pada perilaku dan sikap antisosial.

Terdapat beberapa faktor risiko yang mungkin bisa menyebabkan sikap antisosial, diantaranya yaitu:

a. Melewatkan masa kanak-kanak dengan ditelantarkan atau dieksploitasi

b.Berasal dari keluarga yang mengalami gangguan kepribadian antisosial, gangguan kepribadian lainnya, atau gangguan menta

c. Memiliki riwayat gangguan perilaku di masa kecilnya

Masa kecil berada di lingkungan keluarga yang tidak harmonis atau sering menjadi korban tindakan kekerasan.   

Seorang penderita sosiopat harus mendapat penanganan dari psikolog atau psikiater. Maka dari itu, jika seseorang merasa mengalami gejala gangguan ini, disarankan segera berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater.

Baca Juga: 4 Tips Sehat yang Gampang Dilakukan Tidak Ribet untuk Menjaga Kebugaran Tubuh

Secara umum, gangguan ini tidak dapat disembuhkan. Namun, penderitanya dapat menjalani terapi yang dapat mengurangi perilaku destruktif yang dapat merugikan orang lain.

Berikut beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menangani gangguan sosiopat adalah:

  1. Melakukan Psikoterapi

Orang yang mengalami gangguan ini harus mengikuti terapi dalam jangka waktu lama. Seorang penderita gangguan ini harus memiliki jadwal rutin untuk berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater.

Dengan konsultasi, psikolog atau psikiater akan mengetahui gejala apa saja yang dapat memperburuk kondisi penderita gangguan ini.

  1. Terapi Perilaku Kognitif (CBT)

Terapi ini dapat membantu penderita berpikir lebih panjang ketika akan bertindak. Meski tidak dapat menyembuh perilaku destruktif, setidaknya penderita gangguan ini akan lebih berhati-hati saat bertindak.

Terapi ini juga membantu penderita mengembangkan prilaku positif. Dengan terapi ini juga diharapkan seorang sosiopat dapat menerima keadaan dirinya.

  1. Menggunakan Obat Tertentu

Sebenarnya tidak ada obat yang khusus mengobati gangguan kesehatan mental ini. Namun, dokter bisa menggunakan obat untuk mengatasi kecemasan, Depresi, dan perilaku agresif pada penderita gangguan ini.

Baca Juga: Susu Kedelai, Alternatif Gizi yang Murah dan Bisa Dibuat Sendiri Lho, Berikut Bahan dan Cara Membuatnya

Salah satu jenis obat yang umum digunakan adalah clozapine yang biasa digunakan untuk penderita psikosis.***

Editor: Muhammad Ma`ruf

Tags

Terkini

Terpopuler