Tradisi Unik di Jawa Menyambut Ramadhan

27 Februari 2024, 05:30 WIB
Tradisi Dugderan warga Kota Semarang menyambut bulan Ramadhan /Foto: Visitjawatengah.jatengprov.go.id/

MEDIA BLORA - Jawa merupakan kepulauan yang masyarakatnya kaya akan berbagai tradisi dalam menyambut bulan Ramadhan. Tradisi yang dilakukan merupakan wujud kegembiraan menyambut bulan Ramadhan.

Masyarakat Jawa misalnya yang memiliki sejumlah tradisi unik yang diwariskan secara turun temurun serta masih dilakukan hingga sekarang.

Baca Juga: Penting Mengenal Macam-Macam Antibiotik. Jangan Asal Pakai!

Bentuk tradisi sebelum puasa di Jawa pun beragam. Tradisi-tradisi tersebut merupakan salah satu bentuk kekayaan budaya Indonesia.

Tradisi masyarakat Jawa yang biasa dilakukan sebelum memasuki bulan Puasa Ramadhan diantaranya dapat disampaikan sebagian dari banyaknya tradisi, yaitu:

Tradisi Megengan

Megengan berasal dari kata ‘megeng’ yang artinya menahan. Dalam konseks puasa, maka yang dimaksud adalah menahan hawa nafsu selama bulan Ramadhan.

Masyarakat Jawa menjelang Ramadhan memiliki tradisi selamatan yang disebut megengan. Tradisi ini dilakukan di Jawa Timur dan Jawa Tengah, serta Sebagian Jawa Barat.

Tradisi megengan diawali dengan ziarah ke makam leluhur. Ada pula di sebagian Jawa Tengah melaksanakan megengan dahulu, baru berziarah ke makam.

Selamatan megengan dilaksanakan pada petang hari atau malam puasa pertama dengan hidangan apem dan pisang raja.

Tradisi Dugderan

Dudgeran adalah tradisi masyarakat Semarang dalam menyambut bulan Puasa Ramadhan. Tradisi ini mencerminkan perpaduan tiga etnis yang mendominasi wilayah Semarang, yakni Jawa, Tionghoa, dan Arab.

Dugderan berasal dari kata ‘dug’ yang berarti bunyi bedug yang ditabuh dan kata ‘der’ yang berarti bunyi tembakan meriam.

Saat ini, perayaan dugderan semakin meriah dengan makin banyaknya pedagang yang menjual beraneka ragam makanan, minuman, hingga mainan.

Tradisi Dhandhangan

Baca Juga: 10 Malam Pertama Bulan Ramadhan Sholat Tarawih Jangan Sampai Di Tinggalkan, Berikut Keistimewaanya

Masyarakat Jawa Tengah tepatnya di Kabupaten Kudus, merayakan festival dhandhangan untuk menandai dimulainya ibadah puasa bulan Ramadhan.

Awalnya, dhandhangan merupakan tradisi berkumpulnya para santri di depan Masjid Menara Kudus setiap menjelang Ramadan untuk menunggu pengumuman dari Sunan Kudus tentang penentuan awal puasa.

Puncak acara dalam festival ini dilakukan dengan memukul bedug Masjid Menara Kudus. Selain Masyarakat Kudus sendiri, masyarakat dari luar Kudus juga antusias mengikuti acara ini.

Saat ini tradisi Dhandhangan juga dikenal masyarakat sebagai pasar malam yang ada setiap menjelang Ramadan.

Selain itu, tradisi ini juga menampilkan Kirab Dandangan yang merepresentasikan budaya yang ada di Kudus, seperti visualisasi Kiai Telingsing, Sunan Kudus, rumah adat Kudus, batil (merapikan rokok), dan lain-lain.

Tradisi Padusan

Padusan merupakan tradisi yang biasa dilakukan oleh masyarakat Jawa Tengah dan Yogyakarta. Mulanya, tradisi ini dilakukan dengan  cara berendam atau mandi di sumur-sumur atau sumber mata air seorang diri di tempat yang sepi.

Tujuan dari tradisi padusan ini yaitu untuk menyucikan diri sebelum Ramadhan datang. Akan tetapi, saat ini padusan telah mengalami pergeseran nilai.

Kini, tradisi tersebut dilaksanakan dengan mandi, keramas atau berendam beramai-ramai di satu mata air sehari sebelum menjalani ibadah puasa Ramadhan.

Baca Juga: Air Rebusan Bawang Putih Memiliki Segudang Manfaat yang Penting untuk Diketahui. Baik untuk Kesehatan

Pergeseran nilai yang terjadi kemudian menyebabkan lahirnya beberapa tempat yang menjadi obyek wisata padusan, seperti Umbul Manten di Klaten dan Umbul Pajangan di Sleman.

Itulah tradisi masyarakat Jawa untuk menyambut bulan Puasa Ramadhan. Selain tradisi-tradisi di atas, masih banyak tradisi lain yang dimiliki daerah-daerah di Indonesia.***

 

Editor: Muhammad Ma`ruf

Tags

Terkini

Terpopuler