Dampak Ketidakpastian Global, Presiden Jokowi Ajak Masyarakat untuk Berhemat dan Menabung

- 23 Mei 2022, 11:06 WIB
Presiden RI, Joko Widodo (Jokowi).
Presiden RI, Joko Widodo (Jokowi). /BPMI Sekretariat Presiden/

Baca Juga: Jangan Pelihara Hewan ini di Rumah, Karena Bikin Pintu Rezeki Tertutup Kata Gus Baha

“Kita masih bertahan agar Pertalite tidak naik. Pertamax naik, tapi yang punya mobil mewah tidak apa-apa yang pakai mereka. Pertalite kita tahan betul agar harganya Rp7.650 padahal kalau saya lihat di Jerman, bensin Rp31 ribu, Singapura Rp32 ribu, Thailand Rp20.800, Amerika Rp18.000. Kita masih Rp7.650. Subsidi APBN besar sekali, masalahnya tahan kita sampai kapan kalau perangnya tidak rampung-rampung. Untuk mempertahankan harga Pertalite, LPG, listrik di bawah 3000 pemerintah keluar besar sekali Rp502 trilyun. Bansos kita Rp154 trilyun, APBN kita masih memiliki kekuatan ini tapi semua sulit diprediksi karena ketidakpastian global,” tambah Jokowi.

Jokowi juga mengatakan, bahwa saat ini pemerintah terus berusaha menciptakan kestabilan pangan.

Salah satunya adalah beras, di mana harga rata-rata di berbagai daerah mencapai Rp10.600 per kilogram.

“Coba kita lihat negara lain, harga beras di Korea Selatan Rp53 ribu, Filipina Rp18 ribu. Ini harus kita syukuri. Tiga tahun ini sudah tidak impor beras sama sekali meski ada impor, namun untuk beras khusus yang dimakan orang Jepang, Korea, India. Tapi yang biasanya kita impor 1,5 juta sampai 2 juta ton pertahun sudah tiga tahun ini kita tidak. Ini harus dipertahankan, syukur stoknya bisa kita perbesar,” kata Jokowi.

Baca Juga: Jangan Pakai Shampo Seperti ini Saat Melakukan Mandi Besar, Simak Penjelasan Dari Gus Baha

Selain itu, Jokowi juga menceritakan sulitnya menstabilkan harga minyak goreng di tanah air.

Kesulitan itu terjadi karena adanya pengaruh tingginya harga global, kondisi Eropa yang menaikkan harga minyak ternyata diikuti negara lain termasuk Indonesia.

“Minyak goreng, ini bukan persoalan mudah. Sudah sejak awal Januari naik, sama seperti harga pangan lain. Karena harga global tinggi semua negara ikut. Di Eropa naik, harga dalam negeri ketarik. Akhirnya saya stop, minyak goreng tak boleh ekspor. Ini kebijakan tak mudah. Begitu distop, harga tandan sawitnya jatuh turun, petani dan pekerja sawit ada 17 juta orang. Negara mencari keseimbangan tidak mudah. Begitu juga urusan income negara, pajak sawit, bea ekspor sawit itu gede sekali Rp60 sampai 70 trilyun padahal APBN sangat butuh penerimaan negara. Tapi kuncinya sudah ketemu, seminggu dua minggu ini minyak goreng curah Rp 14 ribu,” tambah Jokowi.

Jokowi mengingatkan kepada masyarakat untuk berhemat dalam menggunakan sumber daya yang dimiliki.

Halaman:

Editor: Ahmat Arif Muzazin


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x