Zakat Fitrah Takjil Bagaimana Hukumnya? Simak Pandangan Para Ulama Berikut!

- 31 Maret 2024, 04:05 WIB
Ilustrasi zakat fitrah takjil
Ilustrasi zakat fitrah takjil /Ist/

MEDIA BLORA - Zakat fitrah secara takjil dapat diartikan melaksanakan zakat tidak pada waktu yang disyariatkan. Bagaimana kedudukan hukumnya?

Zakat fitrah adalah zakat yang wajib dikeluarkan oleh setiap Muslim di bulan Ramadhan. Zakat ini berupa makanan pokok yang dikonsumi sehari-hari.

Baca Juga: Bingung Cara Mengolah Beras Ketan? Simak Tips Berikut untuk Hasil Pulen, Memuaskan

Kewajiban mengeluarkan zakat tertuang dalam Q.S Al-Baqarah ayat 110 yang artinya sebagai berikut,

“Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Dan kebaikan apa saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala nya pada sisi Allah. Sesungguhnya Alah Maha Melihat apa-apa yang kamu kerjakan."

Adapun waktu wajib membayar zakat fitrah menurut hukum dilakukan saat matahari terbenam di hari terakhir Ramadhan menuju Idul Fitri.

Selain waktu wajib, ada waktu sunnah, mubah makruh, dan haram dalam mengeluarkan zakat. Berikut penjelasannya:

-Waktu sunnah membayar zakat adalah waktu sholat subuh dan sebelum sholat Idul Fitri.

-Waktu mubah dilakukan pada awal bulan Ramadhan sampai hari terakhir Ramadhan.

-Waktu makruh dilakukan setelah sholat Idul Fitri namun sebelum matahari terbenam di hari itu.

-Waktu haram untuk mengeluarkan zakat adalah setelah matahari terbenam pada saat hari Idul Fitri.

Ada pula zakat fitrah yang dibayarkan sebelum waktunya. Pembayaran zakat jenis ini sering disebut dengan zakat fitrah takjil.

Takjil diartikan sebagai "menyegerakan" atau "mengawalkan". Perlu diketahui, bahwa zakat yang dikeluarkan haruslah memenuhi syarat nisab dan haul.

Nisab merupakan jumlah minimal harta yang wajib dizakati. Sedangkan haul adalah putaran waktu selama satu tahun. Ketentuan nisab dan haul ini biasanya digunakan untuk mengukur zakat maal.

Zakat fitrah secara takjil terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama. Berikut pandangan para ulama terkait zakat yang ditunaikan lebih awal atau takjil

Baca Juga: Pengertian Salat Jamak dan Qashar serta Ketahui Syarat Berlakunya. Penting bagi Musyafir

1. Tidak boleh mentakjil zakat

Pendapat ini dikeluarkan oleh Hasan Al Basri, Malik, Dawud Dhairi, Ibnu Munzir dan Ibnu Huzaimah. Mereka berpendapat bahwa haul dan nisab zakat sama halnya dengan waktu sholat, puasa dan haji.

Menurut pandangan ulama ini, masing-masing memiliki waktu tersendiri. Tidak sah melakukan sholat jika belum masuk waktu sholat.

Begitu pula dengan puasa bulan Ramadhan, tidak sah menjalankan puasa Ramadhan jika belum masuk bulan Ramadhan. Sama halnya dengan ibadah haji yang dilakukan di luar bulan haji, maka hajinya tidak sah.

2. Boleh mentakjil zakat

Pendapat ini dikeluarkan oleh Sa'id bin Jubeir, Az zuhri, Auza'i, Abu Hanifah, Syafii, Ishaq dan Abu Ubaid. Jumhur ini berdasarkan pada hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud,

Artinya: Dari Ali ra bahwa Abbas bertanya kepada Nabi tentang ta'jil membayar zakat, Nabi membolehkan perbuatan itu. Ia berkata sekali lagi, perbuatan itu dibolehkan. (HR. Abu Dawud)

Para ulama megqiyaskan pendapat ini dengan seseorang yang membayar utang sebelum jatuh tempo. Maka, perbuatan seperti itu diperbolehkan.

Menurutnya, kewajiban zakat seperti utang seorang hamba kepada Tuhannya, maka membayar zakat sebelum sampai haul diperbolehkan.

Takjil zakat merupakan amalan sunnah sebagaimana yang dilakukan oleh nabi SAW untuk pamannya Abbas bin Abdul Muthalib.

Baca Juga: Manfaat Sayuran Kol yang Jarang Orang ketahui. Simak Selengkapnya!

Hal inilah yang menjadikan para ulama memperbolehkan membayar zakat sebelum waktunya. Bahkan sebelum terpenuhinya hisab karena diyakini pada saat haulnya sampai angka nisab juga akan sampai.

Itulah penjelasan tentang zakat fitrah yang dilakukan dengan cara takjil. Wallahu a’lam bishshowaf.***

Editor: Muhammad Ma`ruf


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah