7 Fakta Jenderal Ahmad Yani yang Tidak Banyak di Ketahui Orang

11 November 2022, 19:43 WIB
Profil jendral Ahmad Yani salah satu pahlawan revolusi yang gugur dalam peristiwa G30S PKI. //Tangkapan layar Instagram @jendralahmadyani1906_fanspage

MEDIA BLORA- Untuk mengenang jasa jasa dari para Pahlawan sudah semestinya sebagai generasi penerus untuk tau lebih dekat dengan sosok Pahlawan kita dan semoga perjuangan Pahlawan selalu menginspirasi semangat untuk menjadi lebih baik dalam mengisi kemerdekaan.

Berikut Fakta Fakta dari sosok Pahlawan Jendral Ahmad Yani beserta kisah keberaniannya waktu kecil.

1.Jenderal Ahmad Yani Lahir di Purworejo Jawa Tengah

Jenderal Ahmad Yani lahir di Jenar, Purworejo, Keresidenan Kedu pada tanggal 19 Juni 1922 di keluarga Wongsoredjo, keluarga yang bekerja di sebuah pabrik gula yang dijalankan oleh pemilik Belanda.

Baca Juga: Presiden Jokowi Beri Gelar Pahlawan Nasional Kepada 5 Tokoh Daerah

Pada tahun 1927, Yani pindah dengan keluarganya ke Batavia, di mana ayahnya kini bekerja untuk General Belanda.

2.Namaya di abadikan menjadi nama Jalan di Jakarta  dan hampir di setiap kota besar di Indonesia

Jalan Jenderal Ahmad Yani atau Jalan Jend. A. Yani adalah nama salah satu jalan utama Jakarta. Nama jalan ini diambil dari nama seorang pahlawan revolusi dan nasional yaitu Ahmad Yani.

Jalan ini membentang sepanjang 5.7 KM dari Cempaka Mas sampai Pisangan Baru. Jalan ini merupakan salah satu bagian dari ruas Jalan Jakarta Bypass meliputi Jl. Mayjen Sutoyo, Jl. D.I. Panjaitan, Jl. Jend. A. Yani, dan Jl. Yos Sudarso yang memiliki panjang 18,08 km dari Cililitan sampai Tanjung Priok yang dibangun pada tahun 1960-an. Jalan ini melintasi 9 Kelurahan

Selain itu hampir di setiap Kota besar sampai Kota tingkat Kabupaten ada nama  Jendral Ahmad Yani.

3.Namanya di abadikan menjadi Bandara di Semarang.

Bandar Udara Internasional Ahmad Yani  adalah sebuah bandar udara yang terletak di Kota Semarang, Jawa Tengah, Indonesia.

Nama bandara ini diambil dari salah satu nama pahlawan revolusi Indonesia, Jenderal TNI (Anumentra) Ahmad Yani.

Peresmian menjadi bandara internasional berlangsung dalam penerbangan perdana Garuda Indonesia ke Singapura bulan Maret 2004.

Pada awalnya Bandara Jenderal Ahmad Yani adalah pangkalan udara TNI Angkatan Darat, dahulu lebih dikenal dengan Pangkalan Udara Angkatan Darat Kalibanteng.

Berdasarkan Surat Keputusan Bersama Panglima Angkatan Udara, Menteri Perhubungan dan Menteri Angkatan darat tanggal 31 Agustus 1995, maka Pangkalan Udara AD diubah statusnya menjadi Pangkalan Udara Bersama Kalibanteng Semarang.

Namun karena peningkatan frekuensi penerbangan sipil, maka pada tanggal 1 Oktober 1995, Bandar Udara Ahmad Yani Semarang menjadi salah satu Bandar Udara di bawah PT Angkasa Pura.

Bandara Ahmad Yani berubah menjadi bandara internasional pada tahun 2004 setelah Garuda Indonesia membuka rute Semarang-Singapura.

Baca Juga: Lirik Mengheningkan Cipta, Saat Upacara Bendera untuk Mengingat Jasa Para Pahlawan

4.Di gadang gadang Bung Karno untuk meggantikannya menjadi Presiden

Kedekatan hubungan Jendral Ahmad Yani dan Presiden Soekarno mulai dekat ketika Yani menjabat Kepala Staf Gabungan Komando Tertinggi (KOTI) pembebasan Irian Barat sekitar tahun 1963.

Yani juga menjadi juru bicara tunggal Panglima Tertinggi soal Irian Barat. Hampir setiap hari dia rapat dengan Soekarno di Istana.

Hubungan mereka kemudian memang erat. Setelah menjabat Kasad, hubungan Yani dan Soekarno makin akrab.

"Banyak yang bilang bapak jadi anak emas Presiden Soekarno," kata putri Yani, Amelia A Yani dalam buku Achmad Yani Tumbal Revolusi terbitan Galang Press.

 5.Mempunyai Firasat sebelum Gugur oleh PKI

Dari beberapa sumber Ajudan Jendral Ahmad Yani mengatakan bahwa : PKI tidak akan membuat Republik Indonesia menjadi negara komunis, kecuali melalui mayat saya.

" Itu di ucapkan beberapa bulan sebelum peristiwa gerakan 30 september 1965 yang mengakibatkan gugurnya Jendral Ahmad Yani hanya berselang beberapa bulan membuat peryataan tersebut.

Menjelang gugurnya, ucapan Jendral Ahmad  Yani memberikan kesan seolah-olah ia telah mempunyai firasat tentang apa yang akan terjadi pada dirinya.

Seorang kepala sekolah, yang dipercayakan Jendral Ahmad Yani untuk mendidik puteri-puterinya, menceritakan percakapannya terakhir dengan Jendral Ahmad Yani beberapa minggu sebelum ia gugur pernah berkata bahwa: PKI tidak akan membuat Republik Indonesia menjadi negara komunis, kecuali melalui mayat saya.( Pusat Sejarah Tentara Nasinal Indonesia)

6.Sewaktu masih kecil sudah pemberani dan berani memaki maki dan berkelahi dengan Belanda dan hingga di tempeleng sampai tersungkur

Setelah menamatkan HIS dalam tahun 1935, Yani meneruskan pendidikannya ke MULO bagian B di Bogor. Pendidikan di sekolah ini ditempuhnya sampai ia tamat dalam tahun 1938.

Dewi fortuna tetap mengikutinya, sehingga di sekolah ini ia termasuk tiga terbaik. Prestasi itu memungkinkannya melanjutkan pelajaran ke AMS (Algemeene Middelbare School) bagian B di Jakarta.

Ada suatu peristiwa yang menarik sewaktu Ahmad Yani sekolah di MULO. Suatu hari dalam tahun 1938, ia berkunjung ke tempat ayahnya bekerja. Ia tiba dalam suasana yang kurang baik.

Ayahnya sedang dimarahi dan dimaki-maki secara kasar oleh atasannya, seorang Belanda. Makian yang dilontarkan itu cukup pedas untuk telinga anak tersebut.

Dengan menggunakan bahasa Belanda yang fasih, ia membalas menyerang berupa makian pula.

Si Belanda yang menganggap dirinya adalah atasan  dan kata-katanya, tidak boleh dibantah, menjadi naik pitam.

Anak kecil itu dipukulnya. Di luar dugaan, anak itu melawan. Pergumulan yang tidak seimbang pun terjadi.

Baca Juga: Mengenal sosok R.A.Kartini, Pahlawan Emansipasi Wanita di Indonesia

Lopias, seorang Kopral KNIL suku Ambon yang berdiri tidak jauh dari tempat peristiwa itu terjadi, tidak sampai hati melihat perlakuan Belanda terhadap anak tersebut.

Ia ikut mencampuri pergumulan itu dan sebuah tiju yang cukup keras dilayangkannya ke kepala si Belanda.

Orang yang dipukul itu terjatuh. Akan tetapi persoalannya tidak berakhir sampai di situ. Seminggu kemudian Lopias menerima surat dari atasannya. Pangkatnya diturunkan, karena berani memukul seorang Belanda.

7.Ingatannya tajam dan mampu mengingat wajah seseorang hingga puluhan tahun tidak bertemu dan juga Mampu menghafal dengan cepat sehingga lancar berbahasa Inggris dan Belanda

Di dataran rendah Bagelen di daerah Kedu, daerah tempat Yani dilahirkan tumbuh subur mitos kepahlawanan yang diwariskan dari masa perjuangan Pangeran Diponegoro.

Daerah ini cukup lama ditempati oleh Diponegoro dan pasukannya. Di daerah ini pula Pangeran Diponegoro berhasil melancarkan serangan gerilya terhadap Belanda.

Kisah-kisah kepahlawanan itu diceritakan oleh orang tua kepada anak-anak mereka. Cerita itu diterima pula oleh Ahmad Yani dan ternyata mempengaruhi wataknya sehingga menjadi anak pemberani

Jendral Ahmad Yani sebelum gugur sempat bertemu dengan Lopias yang ketika itu sudah tidak mengingat peristiwa anak kecil melawan Belanda tersebut namun Jendral Ahmad Yani masih mengingatnya,sehingga pertemuan tersebut menjadi haru antara Lopias dan Jendral Ahmad Yani.

 Salah satu kenang-kenangan terakhir dari kunjungannya kedaerah adalah "peristiwa peniup trompet" di Ambon - tepat 40 hari menjelang gugurnya.

Dengan penuh perhatian ketika itu Pak Yani menatap setiap prajurit yang lewat didepannya dalam acara defile. Selesai upacara ia menyuruh anak buahnya memanggil seorang peniup trompet dalam rombongan musik.

Kepada peniup terompet yang ternyata namanja adalah Lupias ini, Pak Yani bertanja, "Apakah kamu pernah kenal atau melihat saya?" Dijawab, "Tidak Jenderal.” "Ya sudah, kamu boleh pulang."

Dengan penuh tanda tanya Lupias pulang kerumahnya. Lebih heran lagi ketika ia disusul oleh polisi militer dan diperintahkan untuk kembali menghadap Jenderal Ahmad Yani.

Ia ditanya, "Pada zaman Belanda kamu kerja dimana?"

"Di Semarang Jenderal sebagai anggota militer Belanda."

Tanya Pak Yani lebih lanjut, "Coba ingat-ingatlah baik-baik apakah kamu ingat seorang anak kecil yang menyusul ayahnya yang bekerja sebagai sopir."

Lupias masih ingat, sekali waktu ada sopir yang sedang dimarahi oleh militer Belanda. Seorang anak laki-laki kecil tiba-tiba datang menyusulnya.

Tutur Lupias kepada Jenderal Ahmad Yani, "Melihat ayahnya dimaki-maki Belanda, anak kecil itu berontak dan memaki-maki Belanda itu habis-habisan. Karena marahnya si Belanda menempeleng anak kecil itu sampai jatuh.

Saya tidak tahan melihat kekejaman Belanda itu dan ia saya serang habis-habisan. Akibatnya saya dihukum penjara dua bulan dan pangkat saya diturunkan dua tingkat. Sampai kini saya masih ingat nama anak itu: Achmad."

Kata Pak Yani, "Sayalah anak kecil itu."

Baca Juga: Berikut 10 Quotes Tema Kemerdekaan RI dari Pahlawan Nasional Indonesia, Cocok Dijadikan Story di Media Sosial

Kemudian Lupias sejenak tertegun tak dapat berkata apa-apa. Suasana sepi. Kemudian meledaklah Lupias ala militer Belanda: "Godverdomme, jij bent de kleine Achmad" (Perdom kamu Achmad si ketjil itu), sambil merangkul dan bersujud di hadapan Jenderal Yani.

Karena tak bawa apa-apa, Pak Yani menganugerahkan jam tangan rolexnya dan jaket yang selalu dipakainya pada setiap pertemuan menumpas PRRI/Permesta.

"Terimalah, ini nyawa saya", tambahnya. Lupias yang sesudah itu pindah ke Jakarta dan dekat dengan keluarga Yani, sangat bersedih dan kehilangan ketika Pak Yani gugur. Ia bersumpah untuk menuntut bela.

Luar biasa Jendral Ahmad Yani ,daya ingatnya  luar biasa, yang masih menyimpan wajah orang yang dilihatnya paling sedikit 25 tahun yang lalu yang mengingat sosok Lopias yang menolongnya ketika menggebuki Belanda bersama sama.

Demikianlah sepenggal kisah dari seorang Jendral Ahmad Yani yang perlu kita teladani sebagai Inspirasi pagi ini 10 November 2022 yang kita peringati sebagi Hari Pahlawan.***

Editor: Muhammad Ma`ruf

Tags

Terkini

Terpopuler