Win-tang dan ayah angkatnya kemudian pindah ke Jawa. Di sana Win-tang mendirikan desa Kalinyamat yang saat ini berada di wilayah Kecamatan Kalinyamatan Jepara sehingga ia pun dikenal dengan nama Pangeran Kalinyamat. Ia berhasil menikahi Retna Kencana putri Sultan Demak, sehingga istrinya itu kemudian dijuluki Ratu Kalinyamat. Sejak itu, Pangeran Kalinyamat menjadi anggota keluarga Kerajaan Demak dan memperoleh gelar Pangeran Hadiri atau lebih di kenal Sultan Hadirin
Pangeran dan Ratu Kalinyamat memerintah bersama di Jepara. Tjie Hwio Gwan, sang ayah angkat, dijadikan patih bergelar Sungging Badar Duwung, yang juga mengajarkan seni ukir pada penduduk Jepara.
Ratu Kalinyamat tercatat melakukan penyerangan terhadap Portugis sebanyak 2 kali.
Serangan Pertama Ratu Kalinyamat pada Portugis yaitu ketika Ratu Kalinyamat menjadi bupati Jepara. Setelah kematian Arya Penangsang tahun 1549, wilayah Demak, Jepara, dan Jipang atau Wilayah Cepu Blora menjadi bawahan Kerajaan Pajang yang dipimpin raja Sultan Hadiwijaya yang sekaligus ipar dari Ratu Kalinyamat.
Ratu Kalinyamat bersikap anti terhadap penjajah Portugis. Pada tahun 1550 ia mengirim 4.000 pasukan dari Jepara dalam 40 buah kapal yang memenuhi permintaan sultan Johor untuk membebaskan Malaka dari kekuasaan bangsa Eropa saat itu.
Pasukan Jepara itu kemudian bergabung dengan pasukan Persekutuan Melayu hingga mencapai 200 kapal perang. Pasukan gabungan tersebut menyerang dari utara dan berhasil merebut sebagian Malaka. Namun Portugis berhasil membalasnya. Pasukan Persekutuan Melayu dapat dipukul mundur, sementara pasukan Jepara masih bertahan.
Baru setelah pemimpinnya gugur, pasukan Jepara ditarik mundur. Pertempuran selanjutnya masih terjadi di pantai dan laut yang menewaskan 2.000 prajurit Jepara. Badai datang menerjang sehingga dua buah kapal Jepara terdampar kembali ke pantai Malaka, dan menjadi mangsa bangsa Portugis. Prajurit Jepara yang berhasil kembali ke Jawa tidak lebih dari setengah dari yang berhasil meninggalkan Malaka.
Dari kekalahan yang pertama Ratu Kalinyamata tidak putus asa sehingga pada tahun 1564 melakukan Serangan Kedua pada Portugis lagi.
Saat itu Sultan Alauddin Al - Qahhar dari Kesultanan Aceh meminta bantuan Demak untuk menyerang Portugis di Malaka. Saat itu Demak dipimpin seorang bupati yang mudah curiga, bernama Arya Pangiri, putra Sunan Prawata yang justru membunuh utusan dari Aceh tersebut. Akhirnya, Aceh tetap menyerang Malaka tahun 1567 meskipun tanpa bantuan Jawa. Serangan itu menemui jalan buntu