Angka Kematian Ibu dan Bayi di Provinsi Jateng Terus Naik, Wakil DPRD: Butuh Perhatian Serius dari Pemda

26 Maret 2022, 13:49 WIB
Ilustrasi angka kematian Ibu dan Anak di Provinsi Jawa Tengah terus naik. /Pexels/

MEDIA BLORA - Angka Kematian Ibu (AKI) dan angka Kematian Bayi (AKB) di Jawa Tengah ternyata terus bertambah.

Hal ini di ketahui melalui data triwulan III tahun 2021, telah terlaporkan kematian ibu mencapai 867 kasus. Sebelumnya, ada 530 kasus kematian ibu melahirkan pada 2020.

Salah satu faktor dari keterbatasan layanan kesehatan dan gizi bagi ibu hamil selama pandemi.

Baca Juga: Massa PA 212 Desak Presiden Jokowi agar Pecat Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas

Wakil DPRD Jateng, Hery Pudyatmoko mengatakan potensi keterpaparan virus, dan komplikasi kehamilan menjadi faktor-faktor yang diperkirakan mempengaruhi naiknya angka kematian ibu.

"Sementara Angka Kematian Bayi di Jawa Tengah juga masih tinggi. Pada 2021, hingga triwulan III telah tercatat sebanyak 2.851 kasus. Faktor penyebab kematian bayi antara lain kurangnya asupan gizi bayi selama dalam kandungan yang menyebabkan berat badan lahir rendah, kelainan konginetal pada bayi dan komplikasi kehamilan, serta keterbatasan layanan kesehatan ibu dan anak pada masa pandemi Covid-19," kata Heri Pudyatmoko, Jumat, 25 Maret 2022.

Menurut Hery, persoalan ini butuh perhatian serius dari pemerintah daerah. Apalagi selama pandemi, banyak masyarakat yang takut pergi ke pelayanan kesehatan, sperti Rumah Sakit.

Baca Juga: Ridwal Kamil akan Merilis Aplikasi Pemesanan Minyak Goreng agar Masyarakat Mudah Mendapatkannya

Menurutnya, kasus ini terjadi saat penanganan sebelum dan sesudah ibu melahirkan masih berada di klinik bersalin, puskesmas, dan rumah sakit.

"Setiap daerah punya karakteristik yang berbeda-beda. Banyak faktor yang mempengaruhi angka kematian ibu dan anak. Terutama penanganan pra dan pasca ibu melahirkan saat berada di klinik bersalin, puskesmas, dan rumah sakit," tambah Hery.

Hery melanjutkan, jika 63 persen kematian ibu dan bayi di Jawa Tengah terjadi pada usai 0-42 hari setelah persalinan.

Maka dari itu, sangat penting untuk meningkakan kualitas pelayanan di klinik, puskesmas, dan rumah sakit juga sangat mempengaruhi.

"Penyebab terbesar yang mengakibatkan ibu meninggal setelah melahirkan dikarenakan pendarahan. Jumlahnya sebanyak 33 persen. Sedangkan di urutan kedua karena hipertensi sebesar 27 persen. Sisanya karena infeksi, kardiovaskuler, dan lain-lain," kata Hery.

Tak hanya itu, Angka Kematian Balita (AKABA) di Jawa Tengah pada tahun 2021 sampai dengan triwulan III dilaporkan sebanyak 3.224 kasus.

Baca Juga: Harga Minyak Goreng Tinggi, Waka DPR RI: Tidak Ada Mafia di Indonesia, yang Ada Pengusaha Cari Untung!

Ada beberapa penyebab kematian balita yaitu pneumonia, penyakit bawaan, diare, cedera, campak dan malaria di daerah endemis.

Selain itu, cara mengasuh juga menjadi faktor penyumbang kasus kematian pada balita.

Menurut Hery masih perlu memberikan edukasi dan peningkatan pemahaman pada orang tua dan pengasuh untuk menerapkan pola asuh secara benar kepada balita.***

Editor: Moh. Ali Ridlo

Tags

Terkini

Terpopuler