Harga Kedelai Naik: Tahu dan Tempe Menjadi Langka Pedagang Merasa Keberatan dan Ingin Lakukan Demo

21 Februari 2022, 08:57 WIB
Senin 21 Februari 2022, Harga Kedelai Naik, Tahu Tempe Hampir gulung tikar //Portal Bandung Timur/hp.siswanti/

 

MEDIA BLORA – Dampak dari naiknya harga kedelai membuat tahu dan tempe di sejumlah pasar di Kota Surabaya mulai langka.

Kelangkaan ini terjadi menjelang akan adanya demo oleh para pedagang. Berikut berita yang MEDIA BLORA kutib dari beberapa sumber.

Diperoleh berita dari sosial media yang sudah beredar di masyarakat, bahwa perajin tempe dan tahu di Kota Surabaya akan melakukan mogok kerja dan demonstrasi selama tiga hari.

Yakni pada Senin, 21 Februari 2022 hingga Rabu, 23 Februari 2022, protes harga kedelai melambung di pasaran.

Melambungnya harga kedelai menjadi pemicu gejolak para pedagang yang menggunakan bahan dasar kedelai, terutama bagi para pedagang kecil di pasar tradisional.

Baca Juga: Memanfaatkan Kelapa untuk Dijadikan Minyak Goreng. Caranya Mudah Dilakukan. Mari Kita Coba

Harga kedelai melambung akibat fluktuasi harga internasional, khususnya di Amerika Serikat. Produsen terbesar kacang kedelai di dunia adalah Brazil, Amerika Serikat, Argentina, dan China.

Pada 2020 harga kacang kedelai di tingkat konsumen masih sekitar Rp 8.500 per kilogram. Namun pada 2021 sudah naik menjadi Rp 9.500-Rp 10 ribu per kilogram. Kini harga kacang kedelai sudah berada di atas Rp 11 ribu per kilogram.

Akibat kenaikan harga kedelai secara terus menerus tersebut, jumlah perajin tahu dan tempe terus berkurang, khususnya perajin yang kecil.

Padahal pemerintah sudah tidak mengenakan bea masuk terhadap komoditas kacang kedelai.

Keadaan ini ditanggapi Rachmat Gobel, Wakil Ketua DPR RI, ia meminta Kementerian Perdagangan (Kemendag) untuk segera turun tangan mengatasi kenaikan harga kedelai. 

Langkah ini dibutuhkan untuk memberikan ketenangan pada masyarakat maupun pada perajin tahu dan tempe.

Langkanya tahu dan tempe rentunya membuat masyarakat resah. Bila ada, harganya lebih mahal dibandingkan dengan hari biasanya.

Seperti di Pasar Induk Jagir Wonokromo, hanya ada beberapa tumpukan tempe dan tahu. Tempe yang dijual dengan kemasan plastik maupun berselimut daun pisang.  

Diketahui dari pernyataan warga, harga tempe balok dengan kemasan plastik satunya dijual dengan harga Rp 10.000, yang memang lebih mahal dari sebelumnya, dan itu pun barangnya tidak banyak.

 Baca Juga: Memanfaatkan Kelapa untuk Dijadikan Minyak Goreng. Caranya Mudah Dilakukan. Mari Kita Coba

Sedangkan untuk harga tahu yang biasanya di kisaran Rp 2.000 kini melambung hingga Rp 5.000. Hal itu terjadi karena tidak banyak pasokan dari agen tahu dan tempe.

Para pedagang sengaja memang  tidak banyak memproduksi. Harga kedelai yang mahal membuat mereka membeli bahan tidak banyak-banyak karena takut tidak laku.

Sementara itu , adanya kabar bahwa paguyuban perajin tempe dan tahu akan melakukan aksi mogok kerja dan demonstrasi pada Senin hingga Rabu, yakni  dari tangga 21 hingga 23 Februari 2022, membuat sebagian pedagang juga khawatir setelah demo terjadi.

Hasil demo dan mogok kerja diprediksi akan ada dua kemungkinan, kalau berhasil dan dibantu pemerintah, harganya bisa turun. Namun sebaliknya, jika ditolak malah akan menjadikan harga kedelai semakin mahal.

Disampaikan Rachmat Gobel, bahwa tahu dan tempe merupakan makanan rakyat dan digemari oleh seluruh lapisan masyarakat. Usaha tahu dan tempe juga merupakan sektor yang bisa dimasuki oleh masyarakat bawah dengan mudah.

Sehingga fluktuasi harga dan kenaikan harga kacang kedelai bisa mengganggu lapangan kerja dan lapangan usaha. Oleh karena itu masalah kacang kedelai ini harus dicarikan solusi yang lebih permanen.

Dibutuhkan kerja sama semua pihak jika ingin menemukan solusi tentang permasalahan ini, khususnya Kemendag dan Kementerian Pertanian (Kementan).

Kemendag harus bisa mengatur stok agar tak mudah diterjang fluktuasi harga internasional maupun oleh situasi perdagangan internasional.

Baca Juga: Banyak yang Terbalik! 4 Makanan dan Minuman Ini Bukan Menyembuhkan, Tapi Justru Memperparah Flu

Diketahui saat ini sekitar 80 persen kebutuhan kacang kedelai berasal dari impor. Selain itu, Kemendag juga harus bisa mengatur stabilitas harga di dalam negeri.***

Editor: Muhammad Ma`ruf

Tags

Terkini

Terpopuler