MEDIA BLORA - Penggemar mi instan sebaiknya berhati-hati, karena terdapat dampak buruk bagi tubuh jika dikonsumsi secara berlebihan.
mi instan menjadi makanan yang digemari dan populer di seluruh dunia. Termasuk Indonesia yang tercatat sebagai negara yang masyarakatnya suka makan makanan instan saji, seperti mi instan.
Meskipun harganya murah dan mudah dimasak, tetapi terdapat efek buruk bagi kesehatan karena terlalu sering mengkonsumsi mi instan.
Baca Juga: Masak Mi Instan, Apa Perlu Air Rebusan Dibuang? Berikut Penjelasan Para Ahli Gizi
Hal ini karena tingginya kandungan natrium dan MSG dalam mi. Dalam 100 gram mi, hanya terkandung 142 kalori
Bahkan dalam jangka waktu tertentu mengkonsumsi mie instan secara berlebihan akan berdampak pada masalah kesehatan tubuh.
Tak hanya penyakit sindrom metabolik, terlalu banyak mengonsumsi mie instan juga dapat berujung pada kondisi obesitas.
Perlu diketahui, satu bungkus mie instan rata-rata mengandung 14 gram lemak jenuh. Angka ini sudah memakan sekitar 40% dari kebutuhan harian Anda.
Dalam setiap kemasan mi instan rata-rata mengandung MSG (monosodium glutamat), natrium, dan kalori tinggi. Kandungan MSG dan natrium tersebut memicu tekanan darah tinggi atau hipertensi hingga masalah gagal jantung.
Terdapat beberapa alasan kesehatan kenapa dilarang untuk mengkonsumsi mie instan terlalu sering dan berlebihan.
Seperti bahan dasar mie instan yang hampir sepenuhnya menggunakan tepung yang diolah menjadi adonan dan dipilin.
Tentu hal tersebut dapat menghilangkan nutrisi yang terdapat pada tepung, yang artinya hanya tersisa kalori setelah menjadi mie instan.
Kemudian, mie instan juga mengandung lemak jahat, karena sebelum dikeringkan olahan mie akan digoreng menggunakan minyak sawit.
Perlu diketahui bahwa mi instan merupakan makanan yang sulit dicerna sehingga membuat sistem pencernaan harus bekerja ekstra untuk menghancurkannya.
Oleh karenanya, jika mi instan dikonsumsi rutin dalam seminggu, efeknya bisa menimbulkan gangguan pencernaan seperti diare, konstipasi, atau kembung.
Baca Juga: BERSIAPLAH Mie Instan Bakal Naik 3 Kali Lipat, Ternyata Ini Penyebabnya
Dikarenakan mi instan ini bukan makanan pokok, sebaiknya tidak dikonsumsi secara berlebihan bahkan setiap hari.
Terlalu sering mengkonsumsi mie instan dapat berisiko terhadap masalah kesehatan seperti diantaranya berikut ini:
Pencernaan Terganggu
Mi instan merupakan makanan yang sulit dicerna sehingga membuat sistem pencernaan harus bekerja ekstra untuk menghancurkannya.
Oleh karenanya, jika mi instan dikonsumsi rutin dalam seminggu, efeknya bisa menimbulkan gangguan pencernaan seperti diare, konstipasi, atau kembung.
Penyebab Sakit Jantung
Dalam setiap kemasan mi instan rata-rata mengandung MSG (monosodium glutamat), natrium, dan kalori tinggi.
Kandungan MSG dan natrium tersebut memicu tekanan darah tinggi atau hipertensi hingga masalah gagal jantung.
Malnutrisi
Hasil penelitian di Korea menemukan, bahwa orang-orang yang keseringan makan mi instan memiliki asupan nutrisi lebih rendah dibandingkan yang tidak mengkonsumsi makanan ini.
Selain meningkatkan risiko malnutrisi, bahaya makan mi instan terlalu sering juga dapat mempengaruhi perilaku makan jadi gemar mengkonsumsi makanan kurang sehat.
Gangguan Fungsi Ginjal
Perasa tambahan pada mi instan memiliki kadar natrium cukup tinggi dan kandungan garam itu bisa berdampak buruk pada fungsi ginjal.
Apabila jumlah natrium tersebut terus bertambah, yang terjadi adalah penumpukan natrium dalam tubuh dan meningkatkan stroke hingga kanker perut.
Sindrom Metabolik
Tubuh yang terbiasa menerima makanan instan, maka jadi lebih sedikit mengkonsumsi sayuran, buah-buahan, kacang-kacangan, biji-bijian, daging, dan ikan.
Akibat dari kebiasaan tersebut, muncul risiko sindrom metabolik dengan gejala penumpukan lemak perut, hipertensi, gula darah tinggi, hingga kadar lipid darah yang tidak normal.
Baca Juga: Anda Penggemar Telur Rebus? Banyak Manfaatnya, Salah Satunya untuk Kesehatan Mata
Meski bahaya makan mi instan memang ada, tetapi tidak bisa dicegah untuk menikmati makanan yang lezat ini. Maka masih tetap bisa mengkonsumsinya asal dalam porsi wajar dan tidak sering.***