MEDIA BLORA – Ita Kurniawati, remaja yang lahir di Desa Gempolsari Kecamatan Gabus Kabupaten Pati.
Merupakan siswi kelas XII MAN 1 Pati yang telah membanggakan dengan menerbitkan dua novel fiksi remaja dengan berjudul Areksa dan Samuel.
Tulisan remaja belia ini sangat sukses di pasaran dan menjadi perbincangan publik saat ini. Hasil karya yang telah mampu menjadi best seller dan mampu bersanding dengan karya-karya penulis terkemuka, seperti Tere Liye dan penulis lainnya.
Baca Juga: Bupati Pati: Haryanto Resmikan Boarding School Wahid Hasyim Pada Hari Santri 22 Oktober 2021
Dalam menulis, Ita mempunyai beberapa kendala. Dari tidak memiliki leptop, sampai ia menulis novel menggunakan HP.
Pada saat menulis dalam kurun waktu yang cukup lama, layar HP yang kecil membuat matanya sering sakit.
Dalam menulis ia sering numpang wifi di rumah tetangga agar dapat menghemat kuota.
Baca Juga: Tebing Breksi: Destinasi Wisata Alam Yogyakarta yang Sedang Viral, Berikut Info Lengkapnya
Bahkan, ia juga pernah ditipu oleh penerbit gadungan. Meskipun banyak rintangan dan sempat diremehkan, support dari Ibu dan teman-teman membuatnya tetap semangat dan pantang menyerah.
Karya pertama yang berjudul Areksa sudah dimuat di aplikasi Wattpad Februari 2021 lalu dan sudah dibaca lebih 20 juta kali.
Dan sudah diterbitkan Mei 2021 lalu dan telah terjual sebanyak 15.000 eksemplar.
Karya kedua yang berjudul Samuel sudah dibaca lebih 8,5 juta kali sejak dimuat Juli 2021 di aplikasi wattpad.
Tulisan itu juga disambut baik oleh penggemar khususnya para penggemar novel fiksi.
Dalam kurun waktu 2 jam, Pre-Order dari Novel itu sudah mencapai 20.000 eksemplar.
Bahkan satu hari setelah Pre-Order dibuka, salah satu rumah produksi terkenal di Indonesia, adalah MD Entertaiment meminang novel tersebut untuk di filmkan.
Dibelakang kesuksesan yang diraih oleh Ita, tersimpan sebuah kisah yang sangat inspiratif.
Baca Juga: Karimunjawa: Destinasi Wisata Alam dengan Keindahan Surga Bawah Laut yang Cantik dan Eksotis
Tumbuh dalam keluarga yang tidak utuh, tentunya membawa kesedihan tersendiri untuk Ita. Kesedihan tersebut akhirnya dituangkan dalam bentuk tulisan.
Ita berharap, kelak dia mampu menjadi penulis yang dapat menginspirasi banyak orang.
Ia juga berpesan kepada teman-temannya agar tidak takut untuk bermimpi dalam meraih cita-cita.***