Di Indonesia Tumbuh Subur Tanaman Ajaib yang Bisa Menghasilkan Emas, Harta Karun Baru Ditemukan

25 Mei 2022, 05:33 WIB
Ternyata Indonesia memiliki tanaman ajaib yang bisa menghasilkan emas loh. Bisa dikatakan sebagai harta karun yang baru ditemukan. /Oddity Central

MEDIA BLORA – Ternyata Indonesia memiliki tanaman ajaib yang bisa menghasilkan emas loh. Bisa dikatakan sebagai harta karun yang baru ditemukan.

Apa yang terlintas dipikiran Anda jika mendengar ada tanaman yang bisa menghasilkan emas.

Sebagian besar orang pasti tidak percaya jika ada tanaman yang bisa menghasilkan emas. Kondisi yang sangat wajar.

Mana ada tanaman yang bisa menghasilkan emas. Pasti Anda mengira jika ini hanya berita hoax saja.

Baca Juga: Kenapa Bisa Terjadi Rob Parah di Semarang ?Ternyata Ini Penyebabnya Menurut BMKG

Tapi tunggu dulu, jangan menyimpulkannya terlebih dahulu sebelum membaca keseluruhan isi berita.

Ternyata benar adanya. Di Indonesia tumbuh subur tanaman yang bisa menghasilkan emas loh.

Indonesia memiliki variasi tanaman yang tidak dimiliki oleh banyak negara di dunia. Bisa dibilang, setiap wilayah di Indonesia memiliki tanaman khas yang hanya bisa dibudidaya secara khusus di tempat itu.

Manfaat dari tanaman-tanaman yang tumbuh di Indonesia pun beragam. Mulai dari kesehatan hingga penghasil emas, semua ada di Indonesia. Iya, kamu tidak salah baca, kok, Beauties. Di Indonesia ada tanaman penghasil emas.

Baca Juga: Catat ! Berikut adalah Sederet Aturan Terbaru Penerbitan KTP dan KK, Masyarakat Harus Tahu

Pakar Biologi Tumbuhan Institut Pertanian Bogor (IPB), Hamim, mengatakan bahwa tumbuhan memiliki mekanisme fisiologis yang membuat mereka memiliki kemampuan untuk menyerap logam berat.

Di Indonesia, setidaknya terdapat beberapa jenis tumbuhan yang bisa menyerap logam berat dalam jumlah besar.

Kemampuan tersebut menjadikan tumbuhan tersebut digunakan sebagai bahan pembersih lingkungan atau fitoremediasi.

"Tanaman ini juga dapat digunakan untuk menambang logam-logam yang memiliki nilai ekonomi tinggi seperti nikel, perak, emas, platina dan talium atau kegiatan yang dikenal dengan fitomining," jelas Hamim, yang dilansir MEDIA BLORA dari beberapa sumber.

Baca Juga: Bisa Buat Sendiri di Rumah, Air Rebusan Cengkeh Ternyata Bisa Cegah Penyakit Seksual Ini

Tumbuh di Indonesia Timur

Keragaman hayati Indonesia menjadi salah satu keunggalan komparatif yang tidak dimiliki oleh banyak negara di dunia.

Jika serius dikembangkan dan dibudidaya bukan tidak mungkin akan mejadi salah satu sumber devisa negara.

Salah satu sumber daya hayati tersebut adalah jenis tanaman yang dapat menghasilkan emas dan menyerap berbagai logam berat yang terkandung di dalam tanah. Prosesnya melalui rantai makanan secara biologis.

Menurutnya tanaman penghasil emas ini banyak tersebar di wilayah Indonesia bagian timur, khususnya Kalimantan, Sulawesi, Maluku hingga Papua. Daerah tempat tanaman ini berkembang memiliki kandungan logam tinggi seperti tanah serpentin dan ultrabasa.

Baca Juga: AWAS! Hindari 4 Makanan Ini Jika Tak Ingin Perut Buncit, Kolesterol dan Asam Urat Bersarang di Tubuh

Selama ini, potensi tumbuhan hiperakumulator belum tergarap optimal. Oleh sebab itu, perhatian berbagai pihak dibutuhkan agar tanaman-tanaman terkait bisa dimanfaatkan untuk fitoremediasi dan fitomining.

Sebagai contoh, hasil eksplorasi tumbuhan sekitar tailing dam (lokasi limbah sisa pemisahan bijih logam mulia dengan material non-ekonomis) tambang emas PT Antam UBPE Pongkor.

Hampir semua jenis tumbuhan di sana mampu mengakumulasi emas meski dalam kadar rendah.

Hamim mengatakan, salah satu jenis tanaman penghasil emas ini yaitu kelompok bayam-bayaman.

Baca Juga: Resep Brown Sugar Boba Ala Chef Devina Hermawan: Manis Gurih Kenyal Segar

Adapun kelompok bayam bayaman yang tumbuh di sekitar tailing memiliki kemampuan akumulasi emas tertinggi, tetapi karena biomassanya rendah, potensi fitomining-nya juga ikut rendah.

"Tanaman lembang (Typha angustifolia) juga cukup tinggi mengakumulasi logam emas (Au). Typha dapat menghasilkan 5-7 gram emas per hektar. Hal ini tentu memerlukan pendalaman lebih lanjut," ujarnya.***

Editor: M. In`Amul Muttaqin

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Terkini

Terpopuler